Text
Tahun terakhir Dena: sekali ini saja, aku tidak ingin jadi dena yang biasanya
Dena dan Farah adalah sahabat karib, keduanya siswi beasiswa di SMU Harapan. Sebagai anak beasiswa mereka termasuk kedalam penghuni kasta paling bawah. SMU Harapan memang anomali, sangat berbeda dengan SMU lainnya yang mana jika sekolah lain mendapatkan beasiswa adalah hal terindah, jadi primadona sekolah, kebanggaan, tetapi di SMU Harapan punya cerita lain. Masuk sebagai siswa penerima beasiswa maka statusnya akan menjadi berbeda, dari menjadi perwakilan sekolah untuk lomba bahkan hingga segala pekerjaan remeh temeh pun akan jadi tugas siswa penerima beasiswa. rnrnIni tahun terakhir Dena di SMU Harapan, dalam hitungan bulan dia akan lulus dan targetnya adalah mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Demi pergi jauh dari keluarganya yang belakangan ini sudah semakin tidak harmonis lagi, kehidupan orangtuanya di ambang perceraian. Tetapi Dena tidak pernah menceritakan keinginannya untuk kabur dari rumah ini ke siapa pun, bahkan ke orang tua, kakak dan sahabatnya, Farah. rnrnKakak Dena, Kak Bima, tetap memilih mengikuti keinginan orangtuanya untuk masuk ke fakultas kedokteran meskipun dia tidak menginginkannya. Kak Bima sebenarnya sangat menyukai musik, ingin mengambil jurusan musik namun ditentang habis oleh Sang Ayah. Ayah sibuk dengan pekerjaannya sehingga jarang pulang. Sedangkan Ibu sibuk dengan urusan kehidupan sosial dan arisannya. Keluarga Dena sudah lama tidak berkumpul seperti sedia kala. rnrnSuatu hari di kelas Biologi, Ibu Irena memberi tugas tentang proyek pengganti ujian semester. Menurutnya ini pendekatan baru yang akan lebih efektif dalam mengukur banyak hal sekaligus. Mulai dari pemilihan ide, eksekusi, hingga taraf presentasi. Perbedaan antara proyek yang dikerjakan asal-asalan dan sungguh-sungguh akan kelihatan nantinya. Tentu, hal ini disoraki tidak setuju oleh para siswa tapi mereka tidak bisa berbuat apa selain mengikuti keinginan Bu Irena. rnrnSang guru meminta agar mereka membentuk kelompok yang terdiri dari dua hingga tiga orang. Tentu, Dena dan Farah akan menjadi satu kelompok. Diikuti Janice yang memaksa ingin ikut masuk ke dalam kelompok Dena dan Farah. Sebelumnya Dena dan Farah hanya ingin mengerjakannya berdua saja, tetapi Janice memaksa. Akhirnya Dena mengalah meski sebenarnya Farah tidak setuju. Mereka pun mengatur jadwal, strategi dan berbagi tugas ntuk menyelesaikan proyek tersebut. rnrnSebagai penerima beasiswa, Dena yakin dan optimis bahwa dia pun bisa mendapatkan beasiswa luar negeri seperti yang ditargetkannya. Usahanya sudah maksimal. Namun, suatu hari Pak Broto, Sang guru Matematika memanggilnya, menanyakan rencana Dena selanjutnya. Dena terkejut ketika Pak Broto mengatakan dia tidak akan berhasil meskipun telah mengantongi nilai tinggi. Dena harus mendapatkan rekomendasi khusus dari sekolah jika ingin mendapatkan beasiswa. Rekomendasi yang menyatakan bahwa Dena memang berbeda dan pantas untuk mendapat beasiswa tersebut. rnrnPak Broto menawarkan solusi kepada Dena, program mentoring yang mana Dena diwajibkan untuk membantu temannya yang kurang dalam hal nilai. Pak Broto memilihkan Adit sebagai murid tentir Dena untuk program ini. Tetapi tidak mudah untuk menjalankan program ini, Adit si cowok rese yang banyak maunya itu punya banyak cara untuk menghindari Dena. Meski demikian, Dena pun tidak putus asa. Segala hal dilakukan agar Adit mau mengikuti program tentir ini, termasuk ketika Adit memintanya untuk menghisap sebatang rokok, sebagai syarat agar Adit terbuka untuk mengikuti program mentoring dari Pak Broto ini. rnrnProgram mentoring pun berjalan, ternyata Adit bukan cowok bodoh seperti yang difikir Dena. Dia sebenarnya pintar, cepat mengerti dan bahkan jawaban-jawabannya benar ketika diberi contoh soal. Tetapi di sekolah Adit bertingkah, nilainya tetap anjlok, merah. Hal ini membuat Pak Broto tetap meminta Dena untuk terus berusaha dan lebih giat lagi dalam mengajari Adit. Dena pun meminta agar Adit lebih serius mengerjakan soal saat di sekolah agar nilainya tidak merah lagi tetapi Adit tidak mau melakukannya. rnrnSejak adanya program mentoring itu waktu Dena banyak terbuang untuk program tersebut. Tugas kelompok untuk proyek akhir semester pun terbengkalai. Bahkan hubungan persahabatannya dengan Farah juga ikut renggang karena waktu Dena tersita demi janji belajar bareng Adit. Belum lagi belakangan teman-teman Adit sesama anak-anak populer; Aurel, Karen, Mario, David ikut mencuri perhatian Dena. Sebenarnya bukan keinginan Dena untuk gabung bersama mereka namun Aurel terus saja membawa Dena masuk ke kehidupan mereka. Lagi-lagi demi beasiswa keluar negeri itu, Dena pun menurut. Biar bagaimana pun, semua akan ada kaitannya dengan Adit.rnrnHingga suatu hari, Aurel si Putri party membujuk Dena untuk ikut ke pesta pantai yang diadakannya. Dena pun luluh dan mengikutinya. Bahkan Dena rela berbohong pada Ibunya untuk pertama kalinya, dengan berpura-pura meminta izin untuk nginap di rumah Farah demi mengerjakan tugas kelompok di rumah Farah.rnrnSekali ini saja, aku ingin egois. rnSekali ini saja, aku tidak ingin jadi Dena yang biasanya.rn(halaman 134)rn----------------rnrnBagaimana kisah lengkapnya? Akankah Dena mendapatkan beasiswa luar negeri yang diincarnya setelah melakukan segala hal demi kelancaran program mentoring itu? Bagaimana hubungan persahabatannya dengan Farah? Kehidupan keluarganya berakhir bahagiakah? Temukan jawabannya langsung pada novel ini.rnrnBaca novel ini jadi senyam-senyum sendiri mengingat masa putih abu-abu belasan tahun yang lalu. Meski kehidupan SMA saya dulu tidak jungkir balik seperti Dena tapi kisah yang tertulis pada novel ini khas masa SMA banget. Cerita persahabatan, gank, kegilaan masa remaja yang tidak bakalan pernah terulang lagi. Hanya untuk dikenang. Alur ceritanya tidak membosankan. Suka dengan penggambaran tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini.rnrnDena memang sangat disiplin dan gigih dalam meraih impiannya. Tapi sayang dia juga sangat pandai menyimpan perasaan dan rahasianya sendiri bahkan kepada keluarga dan sahabat dekatnya. Hingga dia pun tidak bisa mengendalikan diri dan hal ini jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Menjaga rahasia memang penting tapi dengan bercerita kepada orang terdekat bisa meringankan beban pikiran dan juga perasaan. Tidak hanya itu, dengan bertukar pikiran kita dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Masalah pun bisa terpecahkan bersama.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain