Text
Oh mice and men: tikus dan manusia
“Orang butuh orang lain – untuk berdekatan. Orang akan sinting kalau tidak ada teman. Tidak ada bedanya siapa temannya itu, selama dia bersamanya” (hal. 98)rnrn rnrnJohn Steinbeck adalah satu-satunya penulis aliran kiri dari Amerika Serikat yang dianugerahi Nobel Sastra. Bukunya “The Grapes of Wrath” mendapatkan banyak pujian dan penghargaan. Buku yang ditulisnya pada tahun 1939 ini membawanya mendapat penghargaan Nobel sastra dari lembaga yang berkantor di Swedia pada tahun 1962. “The Grapes of Wrath” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Amarah” dan diterbitkan oleh Yayasan Obor.rnrnSeperti halnya Amarah, novel pendek berjudul “Of Mice and Men” juga bercerita tentang orang-orang kecil. Para buruh. Para orang miskin yang berupaya untuk menegakkan hidup dengan sedikit cita-cita. Kedua novel ini ditulis dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Keduanya menggunakan latar belakang masa krisis ekonomi Amerika tahun 1930-an. Kalau dalam “Amarah” Steinbeck berkisah tentang keluarga Joads yang bepergian dari Oklahoma mencari kerja ke Los Angeles, di novel pendek ini Steinbeck berkisah tentang persahabatan antara George dan Lennie – dua buruh peternakan yang bercita-cita untuk memiliki tanah dan rumah sendiri. Dalam kedua novel ini Steinbeck menonjolkan sifat saling menolong di antara orang miskin. Sifat saling menolong ini sangat penting untuk memperjuangkan hidup para orang terpinggirkan ini. Namun kedua novel ini memiliki akhir yang berbeda. Jika pada “Amarah” Steinbeck memberi akhir tragis tetapi bahagia, dalam novel pendek ini ia memberi akhir yang sangat menyedihkan. Persahabatan harus berakhir karena kebodohan.rnrnTokoh utama novel ini adalah George Milton dan Lennie Small. George dan Lennie adalah sepasang sahabat yang selalu bersama. George adalah seorang pemuda yang cukup cerdas. Sementara Lennie adalah seorang berbadan bongsor, kuat bekerja tetapi teramat bodoh. Berbeda dengan para buruh kebanyakan yang menghabiskan uang hasil kerjanya untuk alcohol dan pelacuran, George memiliki cita-cita untuk memiliki rumah dan tanah sendiri. Mereka berangan-angan untuk tinggal di rumah mungil di lahan yang cukup luas dengan memelihara ternak dan menanam tanaman untuk dimakan sendiri. Mereka ingin menjadi tuan atas dirinya sendiri. Mereka tidak ingin menjadi orang yang bekerja keras tetapi hasilnya dinikmati oleh tuan tanah yang menjadi majikan mereka, yang tidak bekerja keras tetapi menikmati kemakmuran yang lebih banyak.rnrnDalam perjalanan untuk mengumpulkan uang untuk membeli lahan mereka berdua bekerja keras. Namun nasib sial menimpa mereka berdua. Mereka terpaksa melarikan diri karena secara tidak sengaja Lennie dianggap akan memperkosa seorang gadis. Padahal Lennie hanya ingin mengelus gaun merah yang dipakai si gadis tersebut. Mereka berdua melakukan perjalanan untuk mencari pekerjaan baru.rnrnMereka diterima bekerja di sebuah peternakan. Mereka berdua berencana untuk bekerja di tempat baru ini untuk mengumpulkan cukup uang supaya bisa membeli ladang. Rencana yang mestinya hanya untuk mereka berdua ini secara tidak sengaja bocor kepada seorang pekerja tua bernama Candy yang memiliki cukup tabungan. Maka Candypun berminat untuk menyerahkan uang tabungannya dan bergabung dengan George dan Lennie membeli lahan. Candy merasa bahwa masa tuanya akan segera berakhir. Alangkah indahnya jika masa tuanya berakhir sebagai seorang merdeka.rnrnSebenarnya George dan Lennie cukup bekerja satu bulan saja supaya uangnya, ditambah dengan uang dari Candy cukup untuk membeli lahan. Namun apa daya. Di tempat baru ini Lennie terlibat masalah lagi. Lennie secara tidak sengaja membunuh istri Curley anak sang majikan. Lennie pun melarikan diri ke tempat yang sudah ditunjukkan oleh George jika ia terkena masalah.rnrnDi sinilah Steinbeck membuat akhir kisah yang berbeda dari “Amarah.” George terpaksa mengambil keputusan untuk membunuh Lennie dengan cara menembaknya tepat di tengkuk untuk mengakhiri nasib buruk keduanya. Dengan memilih mengakhiri cerita seperti ini, Steinbeck mau menyampaikan bahwa orang-orang miskin kadang harus mengakhiri persahabatan yang bodoh supaya bisa tetap hidup. Orang miskin tak mungkin bisa menggapai cita-citanya karena kebodohan dan nasip buruk yang dimilikinya.
| sma fja00204 | 813/STE/o | location_name | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2025-03-03) |
Tidak tersedia versi lain